Sunday, May 13, 2007

Ibuku: Bumi yang Menangis

Ibuku: Bumi yang Menangis

Rentetan konflik yang terjadi di bumi pertiwi dan duniamerupakan sebuah hal yang tidak pernah dibayangkan sebelumnya. Kebringasan bangsa yang terkenal lemah lembut dan memiliki hati selembut ibu, tiba-tiba sirna seketika ternoda oleh darah dan kebengisan manusia. Krisis ini menyangkut seluruh aspek kehidupan manusia. Krisis ekonomi membawa orang pada kesulitan-kesulitan ekonomi. Krisisi politik telah mengahncurkan nilai-nilai keadilan dan kebersamaan untuk membangun bangsa. Krisis sosial telah membawa orang pada susut-sudut primordialisme sempit yang terwujud di dalam penghancuran nilai-nilai kepelbagaian.

Bumiku…ibuku…ia menangis melihat kehancuran akhlak manusia! Kehancuran akhlak itu disebabkan oleh kuasa-kuasan yang berusaha untuk menguasai manusia. Kuasa itu adalah kesombongan, kemunafikan, kebencian, kerakusan, keirihatian, ketidaksetiaan, perselisihan, kebengisan…Bumiku…ibuku…ia menginginkan manusia dibersihkan dari noda-noda kuasa jahat itu. Ruwatan Bumi itulah hal yang penting bagi kita saat ini. Manusia hancur lebur, karena perbuatan manusia itu sendiri. Mereka telah melupakan engkau sebagai ibu. Ibu dari kasih sayang semua bangsa. Ibu kebahagiaan. Mereka telah menghancurkan dirinya sendiri!

Ruwatan adalah sebuah ritus religius bagi usaha untuk membersihkan bumi ini dari kekotoran yang yang ada. Bermula dari sebuah tradisi kuno di Jawa dan Bali yang meruwat orang yang lahir pada Wuku Wayang dan atau pada hari Saniscara, Keliwon, Wuku Wayang alias Tumpek Wayang. Selain itu juga di Jawa ruwatan dilakukanbagi orang yang lahir dengan status ‘untang-anting’ (anak tunggal), kedono-kedini (bersaudara dua laki-perempuan), ‘sendang apit pancoran’ (bersaudara tiga orang yang laki lahir sebagai anak nomor dua),’pandowo limo (lima bersaudara) dan lain-lain. Dalam konteks ini hal yang paling penting adalah bahwa pembersihan dari kuasa-kuasa jahat merupakan hal yang penting dilakukan demi kelanggengan dan kesejahteraan kehidupan. Nilai ritual ini juga mempunyai nilai yang sama di dalam kehidupan setiap agama-agama yang lain. Bahwa bumi merupakan hal yang perlu dijaga kelestariannya dan setiap mahluk yang ada perlu dijaga kebersamaannya adalah suatu kata yang dapat dirumuskan di dalam konsep kasih sebagai sebuah manifestasi universal.

Pada sisi inilah kita dapat mengambil nilai-nilai membersihkan bumi dari kekotoran filosofis sebagai sebuah nilai yang dapat dilantunkan di dalam puji-pujian kepada sang Pencipta. Puji-Pujian adalah sumber inspirasi bagi pemujaan kepada Sang Pencipta karena dia adalah Satu yang senang untuk dipuji dan di sembah. Makna pujian mempunyai arti yang kuat di dalam membersihkan bumi sebagi sebuah rapal-rapal rohani yang membawa orang pada kesadaran kehumanitasan manusia yang rendah dan tak berarti apa-apa di hadapan Sang Pencipta. Dan kesadaran bahwa melalui pujian ini manusia mengakui bahwa ia telah terjebak pada proses dehumanisasi bagi diri dan alam sekitarnya.

Bumi adalah ibuku yang bersih dan tidak tercela. Anak bangsa inilah yang perlu dibersihkan dari kehidupan cemar. Pujilah Dia dan mohon agar kehadiranNya mengilangkan kekotoran yang ada yang menghancurkan bumi. Menghilangkan kekuatan ‘Bhatara Kala’ yang adalah symbol kekuatan yang menghancurkan bagi bumi dan manusia.

No comments: